bike to work

http://b2w-indonesia.or.id/tentang_kami

situs jejaring sosial dewi

welcome

NUR FITRIANA DEWI
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Cari Blog Ini

RSS

Senin, 14 Februari 2011

transportasi umum d jakarta


 Tarif bis tetap murah, walaupun harganya sudah naik, dan saat jalan macet – apa untungnya membayar argo yang mahal cuma untuk duduk di taksi? Bukannya lebih baik membayar Rp 6000 dan berbagi rasa jengkel dengan orang yang duduk disamping? Ini juga bisa digunakan untuk meluaskan lingkaran pergaulan.
Untuk saya yang menggunakan sedikitnya dua angkot seharinya, juga bis AC dan bis biasa, tergantung mana yang datang terlebih dulu, saya merasa ketakutan si penulis mencengangkan. Sarannya sampai sejauh jangan menggunakan telepon selular di bis kalau tidak mau dirampas oleh preman. Benar-benar omong kosong.
Hampir selama 90 menit perjalanan, saya selalu menggunakan telepon selular saya. Begitu juga penumpang lainnya. Saya juga menggunakan kamera digital saya yang baru di bis juga halte bis dan terminal termasuk di Blok M, untuk memotret metro-mini yang mengebut tidak takut mati. Sampai saat ini, tak ada barang saya yang tercuri di daerah-daerah ini.
Tentu saja kadang bisa terjadi – suatu hari saya berdesakan dalam angkot 11 dari Terminal Bekasi dengan gerombolan pencopet dan komplotan berjilbabnya, tanpa disadari tas saya dirogoh. Tapi tetap saja, tidak masuk akan untuk membesar-besarkan bahayanya. Saya kecopetan dua kali dalam ribuan perjalanan yang pernah saya lakukan. (Tidak dihitung perjalanan pertama saya dengan Metro-Mini, 48 jam setelah tiba, dan kacamata saya dicopet dari kantong jaket – saya menganggap itu proses belajar.)
Penulis Jakarta Post benar dengan pernyataannya bahwa kita harus berhati-hati..
  • Jangan membiarkan segepok uang kertas kelihatan dari saku celana.
  • Hati-hati kalau melihat orang yang bediri di pintu keluar dengan jaket ditangan.
  • Menggunakan logika dan teriak ‘copet’ kalau kamu yakin orang tersebut adalah si copet – memalukan kalau sampai salah, tapi kemungkinan besar pasti benar.
Kedua kali berhadapan dengan penjahat Bekasi saya berteriak ‘copet’ dan 4 orang melompat dari kendaraan. Kalau ada yang berusaha melawan mereka, tunjukan solidaritas, hal buruk yang mungkin terjadi akan dikalahkan. (Pegawai kantoran bisa belajar dari cerita kampung, yang salah akhirnya habis ditangan massa)
Penulis artikel tersebut tidak kelihatan mendukung kesadaran social. Penulis menyatakan hanya busway saja yang bisa disarankan. Walau kriminal juga beroperasi di Busway juga, dan hal seperti inilah yang membuat kita ketakutan satu sama lain, mengurangi kebahagiaan dari hidup di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar